Gadis bersepatu merah berlari kecil. Menyeruak diantara
buah-buah jeruk. Bola mata hitam dan senyum kecilnya memancar terang bersama
mentari. Sudah lama dia tidak senyum secerah ini,mentari pun tampak cemburu
melihatnya. Senyum yang begitu tulus ,seputih cahaya suci. Buah jeruk bertanya
pada sepatu merah.
“Hai
nona kecil,akan kemana gerangan dirimu?”
Gadis
bersepatu merah menjawab,
“Aku mau
bertemu dengan sepatu coklat”
“Dia-sepatu
coklat yang menjual kami para jeruk?”
Gadis
bersepatu merah hanya tersenyum simpul dan berlari.
Celana biru,baju merah dan sepatu coklatnya terlihat. Ya,
dia lah yang berhasil menyinari kembali hati sepatu merah yang sudah hancur ,
retak seribu dan kehilangan harapan akan cinta. Seolah horizon menghapuskan
bunga kecemasan. Gadis bersepatu merah terpaku. Banyak gadis-gadis bersepatu
lain datang memenuhi tumpukan sepatu di pasar jeruk.
“Mungkin
aku harus datang esok hari saja”
Pikir
gadis bersepatu merah. Dia pulang dengan secercah harapan kebahagiaan.
-ooo-
Keesokan harinya
gadis sepatu merah datang. Berbekalkan setumpuk cinta. Kembali dia
menyeruak dari tumpukan buah jeruk. Bak radar menemukan sepatu coklat. Celana
biru,baju merah dan sepatu coklat. Gadis tersenyum riang. Segera dihampirinya
membawa setumpuk cinta.
“Sepatu
coklat,bagaimana para jeruk hari ini?”
“Terjual
banyak,gadis-gadis banyak membelinya”
“Wah
benarkah?aku ingin memberimu ini”
Sebuah
buku catatan lapuk diberikan. Sepatu coklat membuka lembar demi lembar dan
tersenyum simpul-sebuah kitab suci terbungkus rapi dan telah terukir dengan
indah menggunakan kayu jati “Zacorca Geraldo Mayer”-sepatu coklat.
“Terimakasih
ya, ini benar-benar berkesan..”
Gadis
tersenyum riang. Seolah bunga bermekaran
dan peri kecil menari-nari.
-ooo-
Hari-hari berlalu. Pasar jeruk makin ramai. Gadis-gadis
bersepatu lain berdatangan. Sudah lama sepatu merah bersembunyi dibalik
bayangan mentari. Bola mata hitamnya yang mungil terlihat. Gadis bersepatu
merah berlari kecil menghampiri.
“Hai
sepatu coklat, apakabarmu?”
“Hai
,aku baik. Darimana gerangan dirimu?”
“Aku
baru saja pergi mencari bunga clover berdaun empat.tapi tak kunjung tampak
dihadapanku”
“Oh ya? Hmm
akan kucarikan untukmu, bila kau mau”
“Benarkah?
Terimakasih atas bantuannya....”
Gadis bersepatu merah tersenyum kecil dan melambaikan
tangan pergi meninggalkannya. Terpaku sepatu coklat-kacamata bulatnya yang
bersinar akibat pantulan matahari melihat gadis bersepatu merah berlari.
-ooo-
Dua minggu berlalu, gadis bersepatu merah menemui sepatu
coklat. Mereka bertemu didepan pasar jeruk , pohon bambu teruntai menjulang
seperti ingin menyentuh jejak sang awan.
“Maaf kan aku sepatu coklat, aku terlambat memberimu
hadiah”
Sesungguhnya sudah satu pekan berlalu hari kelahiran
sepatu coklat, namun sepatu merah tak kunjung sempat untuk menemuinya.
“Maaf aku hanya bisa memberimu ini...” ,ungkapnya sambil
mengulurkan setumpuk buku-dilapisi beludru merah dari yang lembut dengan
sisi-sisinya terbuat dari kayu oak bewarna coklat.
“Ini..aku menjahitnya, maafkan bila terdapat jahitan yang
keluar..” sebuah baju sweater bewarna biru donker begitu bersinar terpantul
cahaya matahari.
Sepatu merah mengulurkan tangannya dan terlihat buku-buku
jari diperban dengan rapi. Sepatu coklat tertegun, dan kemudia tersenyum
bahagia.
“Ini lebih dari cukup, seharusnya aku yang meminta
maaf..sudah merepotkanmu..terimakasih banyak, ini akan selalu aku pakai dan
simpan.”
“Tidak apa-apa,aku mengerjakannya setulus hati”
“Oh ya,aku baru ingat..clover yang kau minta belum bisa
aku temukan, aku hanya menemui yang berdaun tiga,itu susah sekali..”
“Tidak apa-apa, nanti saja kau carikan ya..maaf, aku
harus buru-buru pulang”
Tiba-tiba saja raut wajah sepatu merah berubah pucat, dia
terbatuk namun dia segera berlari pulang dan membalikkan badannya. Tersisa
sepatu coklat berdiri dijalanan sepi itu memandang heran sepatu merah.
-ooo-
Berbulan-bulan berlalu, namun sepatu merah tak kelihatan
batang hidungnya sekalipun. Disana, dilembah gunung dekat pasar jeruk terlihat
sepatu coklat sedang mencari sesuatu. Dia berusaha sekuat tenaga menarik
sesuatu diujung lembah itu, ternyata itu clover! Clover berdaun empat yang
selama ini dicari oleh sepatu merah. Namun, tidak semudah itu. Ia harus
terjatuh hingga berdarah untuk mendapatkannya, setelah memakan waktu berjam-jam
akhirnya dia berhasil.
“Ah! Sepatu merah pasti akan senang sekali”, dengan cepat
ia berlari menuju rumah sepatu merah.
Sesampainya, dia mengetuk pintu. Namun tak ada jawaban.
Sepi.
“Permisi,selamat siang. Ini aku sepatu coklat”
Hening.
“Hmm mungkin sebaiknya aku lihat
kehalaman belakang”
Sesuatu yang benar-benar mengejutkan. Sepatu merah
terlihat sedang bersandar pada kursi goyang dengan pakaian yang sangat tebal.
Terlihat sebuah meja kayu jati kecil disampingnya dan selembar kertas. Tanpa
pikir panjang, sepatu coklat segera menghampiri.
Namun....
“Sepatu merah!!!!!!! Apa yang
terjadi!! Bangun!!!bangun!!!”
Sepatu merah dengan mata tertutup, bibir pucat pasi dan
darah mengalir dari bibirnya yang mungil. Segera diraih tubuh dan tangannya,
namun apada daya..Sepatu merah detak jantungnya sudah berhenti.
“Apaaaa yang terjadi padamu!!!!! Tidak
!!!!!! tolong! Bangun, aku mohon bangun..”
Tak ada jawaban dari tubuh mungilnya yang mulai mendingin
dan memucat. Sepatu coklat menangis, air mata jatuh tak tertahankan. Suasana
hujan rintik-rintik menambah kepiluan yang ada, sang awan turut menangis dan
mentari sembunyi dibalik kepiluan. Gadis yang begitu ceria, tidak putus asa
sekarang harus pergi, terbang tinggi bersama sang awan menuju rumah-Nya.
Kematian yang begitu mendadak, membuat sepatu coklat begitu bertanya-tanya.
“Kau
kenapa...kenapaa sepatu merah ...”
Ia melihat selembar kertas diatas meja kayu jati
disebelah kursi goyang. Segera diraihnya dan mulai membaca.
Pada Cinta
Waktu tidak mau bekerja, kenapa?
Itu tanyaku
“Tinggi, putih, berkacamata,
“baju merah, celana biru dan sepatunya yang coklat
Penyebab semuanya
Kenapa?
Dinginnya balok es dalam hatimu
Mencair sepatu merah
Kenapa bisa?
Senyumnya mengalahkan hangatnya mentari
Mentari yang selama ini hilang
Dimakan waktu dan jalan hidup
Kepiluan tak berbekas, lenyap, hancur
Aku baru sadar sepatu coklat
Kehadiranmu, yang begitu tiba-tiba
Yang membuatku mengingkari janji
Untuk tidak ingin tegur sapa dengan cinta
Merindukan burung yang terbang bebas bersama sang awan
Merindukan anak penyu yang dilepas ditepi pantai
Merindukan matahari yang selalu bertugas tanpa siapapun
Lenyap, debu pun tak dapat menggantikannya
Maafkan aku
Sudah menyusahkanmu
Satu pintaku-yang kubisikkan pada jeruk-jeruk
Jika saatnya kau bertemu dengan clover berdaun empat
Kau akan bertemu dengan apa artinya hidup ini
Apa artinya adam dan hawa dibuang dari surga
Apa artinya lucifer terus mengemban tugasnya
Aku ingin kau bahagia
Aku mencintaimu, aku tidak berharap kau mencintaiku
Siapapun yang kau cintai, aku harap dia memiliki cinta
yang jauh lebih besar
Jauh lebih mulia
Jauh lebih suci
Aku akan terus memandangmu dari sini bersama sang awan
dan mentari
Mereka akan menangis jika kau menangis
Mereka akan tertawa jika kau tertawa
Mereka akan redam jika kau merasa hilang dari dunia ini
Padamu aku menyerahkan cintaku
Cinta sampai nyawa ini terenggut
Penyakit sebagai hadiah takdir dari Tuhan
Tak bisa kutolak
Pada jeruk aku menceritakan segalanya
Pada surat ini, aku mengakhiri semua yang nyata
Pada kematianku, semuanya akan tetap abadi..
Terimakasih atas senyuman yang kau berikan
Semoga itu tetap ada sampai kita bertemu lagi diatas sana
Pada cinta-Sepatu Merah”
Sepatu coklat menangis, semua sudah terlambat. Clover
berdaun empat itu masih tetap berada didalam tangannya.
“Sepatu merah, aku tahu kau dengar ini .”
“Pada clover ini aku menyadari, semua yang kau inginkan akan terwujud”
“Pada diri ini aku menyadari, cintamu juga meluluhkan hati ku yang
rapuh..tidurlah dengan tenang disana, aku ingin melihat kau menari dengan ceria
bersama bidadari diatas sana.”
-ooo-
0 komentar:
Posting Komentar